Senin, 23 Mei 2011

Penurunan Titik Beku

4.2 Pembahasan
Larutan mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari pelarutnya. Salah satu sifat penting dari suatu larutan adalah penurunan titik beku. Titik beku adalah temperatur tetap dimana suatu zat tepat mengalami perubahan wujud dari cair ke padat. Setiap zat yang mengalami pembekuan memiliki tekanan 1 atm. Penambahan zat terlarut nonvolatil ke dalam suatu pelarut menyebabkan terjadinya penurunan titik beku. Keberadaan partikel-partikel zat pelarut mengalami proses pengaturan molekul-molekul dalam pembentukan susunan kristal padat, sehingga diperlukan suhu yang lebih rendah untuk mencapai susunan kristal padat dari fasa cairnya. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya penurunan titik beku suatu larutan yang keadaannya ditambahkan zat terlarut.
Percobaan penentuan titik beku larutan dilakukan untuk menentukan harga tetapan penurunan titik beku ( Kf ) suatu pelarut murni dam menentukan berat molekul zat X. Asam cuka glasial yang digunakan sebagai pelarut murni akan membeku dan zat terlarut seperti naftalen dan zat X tidak akan membeku ketika larutan tersebut mengalami pembekuan.

4.2.1 Fungsi garam dan air dalam tabung D
Garam berfungsi sebagai penurun titik beku air, air yang awalnya berupa es akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan titik beku air murni. Fungsi garam bukan agar air tetap menjadi es, tetapi es akan mencair namun suhu yang dimiliki lebih rendah. Beaker glass yang berisikan air ini berfungsi untuk mencegah agar proses pendinginan berjalan terlalu cepat.

4.2.2 Data yang dihasilkan
Naftalen adalah zat non volatil yang berfungsi menurunkan energi bebas dari pelarut sehingga kemampuan pelarut untuk berubah menjadi fase uapnya akan menurun pula, oleh karena itu tekanan uap pelarut dalam larutan akan lebih rendah bila dibandingkan dengan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni. Penurunan tekanan uap sebanding dengan penurunan titik beku. Jadi jika tekanan uapnya turun maka perubahan titik beku juga akan turun, begitu pun sebaliknya. Titik beku mengalami penurunan setelah ditambahkan naftalen dapat dibuktikan melalui data yang diperoleh dari hasil percobaan, pada menit ketiga titik beku menurun drastis yaitu awalnya dari 18oC menjadi 16oC, penurunan suhu setelah ditambah naftalen pada menit yang ketiga adalah dari 11oC menjadi 10 oC dan ketika ditambahkan zat X terjadi penurunan suhu dari 11oC menjadi 9oC. Sehingga dapat disimpulkan bahwa zat X juga berfungsi sebagai penurun titik beku larutan. Perbedaan suhu yang didapat dari menit pertama kurang sesuai menurut literatur suhu larutan asam cuka glasial ditambah naftalen dan larutan campuran dari asam cuka glasial, naftalen dan zat X lebih rendah dibanding suhu asam cuka glasial murni. Hal tersebut dapat terjadi kemungkinan disebabkan dari pengaruh pengadukan yang tidak konstan, karena kekuatan pengadukan yang diberikan pada larutan berbeda maka peningkatan suhu yang terjadi pada larutan pun berbeda.
Hasil pengamatan tentang penurunan titik beku larutan, diperoleh titik beku asam asetat glasial atau asam cuka ini adalah 3K, dan Kf dari asam asetat glasial itu sendiri adalah 4,2 KKg/mol. Harga Kf asam asetat glasial yang diperoleh pada praktikum kali ini sedikit berbeda dengan Kf asam asetat secara teori, dimana harga Kf asam asetat secara teori adalah 3,9 KKg/mol. Berat molekul dari zat X ini adalam 133.6 g/mol, hasil ini jauh berbeda dengan literatur, sebab zat yang digunakan adalah NaCl yang memiliki berat molekul 58,5g/mol. Perbedaan ini bisa saja disebabkan oleh human error ataupun dari bahan yang digunakan mungkin telah terkontaminasi, sehingga sulit didapat hasil yang sesuai dengan literatur.

4.2.3 Grafik hasil percobaan
a. Grafik asam cuka glasial

Nilai regresi dari grafik adalah 0,9337. Hal ini menunjukkan bahwa grafik yang didapatkan hampir mendekati linier. Penurunan suhu terjadi setiap menitnya, namun penurunan yang cukup drastis pada menit ke-6 dan diperoleh suhu dalam keadaan konstan saat menit ke-7 hingga ke-9. Suhu inilah yang digunakan sebagai titik beku dari asam cuka glasial.
b. Grafik asam cuka + naftalen

Nilai regresi dari grafik adalah 0,748. Hal ini menunjukkan bahwa grafik yang didapatkan kurva yang kurang linier. Terjadi penurunan yang tajam pada menit kedua, hal ini karena pengaruh naftalen sebagai penurun titik beku. menit ke-6 dan diperoleh suhu dalam keadaan konstan saat menit ke-7 hingga ke-9. Suhu inilah yang digunakan sebagai titik beku dari larutan asam cuka glacial dan naftalen.
c. Grafik asam cuka + naftalen + zat X

Nilai regresi dari grafik adalah 0,760. Hal ini menunjukkan bahwa grafik yang didapatkan kurva yang kurang linier. Terjadi penurunan yang tajam pada menit kedua, hal ini karena pengaruh naftalen dan zat X dalam larutan asam asetat glasial yang berperan sebagai penurun titik beku. menit ke-6 dan diperoleh suhu dalam keadaan konstan saat menit ke-7 hingga ke-9. Suhu inilah yang digunakan sebagai titik beku dari larutan asam cuka glasial, naftalen dan zat X.

Bab 5 Penutup

5.1 Kesimpulan
1. Garam berfungsi sebagai penurun titik beku air.
2. Air yang berada di beaker glass D berfungsi untuk memperlambat proses pendinginan.
3. Naftalen merupakan zat non volatil yang berfungsi sebagai penurun titik beku.
4. Kf asam asetat sebesar 4,20 g mol-1K.
5. Berat molekul zat X sebesar 133,6 g/mol.
6. Titik beku suatu larutan lebih rendah dari pada titik beku pelarut murni.

5.2 Saran
1. Seharusnya praktikan menguasai materi praktikum sebelum melakukan percobaan.
2. Ketelitian dan kecermatan sangat berpengaruh terhadap hasil pengamatan.
3. Kebersihan alat menjadi faktor penting dalam mendapatkan data yang lebih akurat.

Daftar Pustaka

Achmad, Hiskia. 1996. Kimia Larutan. Bandung : PT Citra Aditya Bhakti.
Anonim. 2011. Air .http://id.wikipedia.org.wiki/Air, diakses April 2011.
Anonim. 2011.Asam asetat .http://id.wikipedia.org.wiki/Asam_Asetat, diakses April 2011.
Anonim. 2011.Naftalen .http://id.wikipedia.org.wiki/Naftalen, diakses April 2011.
Anonim. 2011. Natrium Klorida. http://id.wikipedia.org.wiki/Natrium_Chloride, diaksesApril 2011.
Bird, Tony. 1993. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Soekardjo. 1989. Kimia Fisik. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Tim Penyusun. 2009. Penuntun Praktikum Kesetimbangan dan Dinamika Kimia. Jember : Laboratorium Kimia Fisika FMIPA UNEJ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar